Pages

Sabtu, 20 Desember 2014

Inspirasiku



kembalikan pena emasku

Setapak kaki melangkah berganti generasi
Diamku dalam pandangan senja kebarat
Bias cahaya ke emasan menyapa wajahku
Seketika berubah bara api menyala.
           
                        Aku ingin senjaku seperti dahulu kala
                        Saat pilar-pilar islam menjuntai kelangit
                        Dinding-dinding keimanan berdiri kokoh
                        Kala kanfas bertinta emas membangun sejarah
                        Dalam sebuah kertas sarat  makna
                        Damai dan tenangnya nafas kehidupan
                        Berjalan sejajar

Namun...
Pilar itu roboh dihempas badai dunia
Dinding itu hancur oleh keserakahan
 tinta telah berlumuran dengan kegelapan
pun kertas itu telah digerogoti oleh tikus-tikus kemunafikan
hingga kehidupan berubah menjadi gelap gulita


Bismillahirrohmanirrohim. Berbicara tentang inspirasi kali ini saya akan menyingkap sedikit seseorang yang memang patut dijadikan inspirasi dalam kehidupan kita nih kawan. Inspirasi itu penting lohh!! Karena ia dapat menjadikan kita lebih semangat lagi , asalkan inspirasi tersebut bernilai positif ya.

 Oke, biar ga penasaran langsung aja.  Pasti kalian tahu dong seorang sahabat Rasulullah Muhammad SAW yang dijuluki sebagai Al-Faruq (sang pembeda kebenaran dan kebathilan). Sosok yang tegas dan berwibawa. Yang tak kenal takut kecuali kepada Allah SWT dan teramat cinta kepada kekasih-Nya, Muhammad SAW. Dan sosok yang terbukti zuhud dan cerdas dalam kehidupan dunia. Beliau sering disebut dengan Umar ibn Khaththab RA.  Seorang sahabat yang  sangat berpengaruh terhadap penyebaran Islam, hingga Michael H. Heart telah  menempatkannya sebagai orang paling berpengaruh nomor 51 sedunia sepanjang masa. Subhanallah.


1.     Silsilah

Beliau lahir di Makkah tahun 581 Masehi.  Berasal dari bani Adi, salah satu bagian suku Quraisy. Nama lengkapnya Umar ibn Khaththab ibn Nafiel ibn Abdul Uzza. Ayahnya bernama Khaththab ibn Nufail Al-Shimh Al-Quraisyi dan ibunya Hantamah binti Hasyim. Suku Adi terpandang mulia dan mempunyai martabat tinggi di kalangan Arab. Garis keturunan Umar ibn Khathttab bertemu dengan Nabi SAW dalam leluhur generasi ke delapan yang bertemu pada moyang mereka yang bernama Ka’ab.



2.     Sifat dan karakter

Umar mempunyai postur tubuh yang tegap dan kuat, wataknya keras, berani, dan berdisiplin tinggi. Pada masa remajanya, dia dikenal sebagai pegulat perkasa dan sering menampilkan kemampuannya itu dalam pesta tahunan di pasar Ukaz di Makkah. la memiliki kecerdasan yang luar biasa, mampu memprakirakan hal-hal yang akan terjadi pada masa yang akan datang (prediksi/ramalan). Tutur bahasanya halus dan bicaranya fasih. Kelebihan-kelebihan yang dimilikinya itu mengantarkan-nya terpilih menjadi wakil kabilahnya. la selalu diberi kepercayaan sebagai utusan yang mewakili kabilah Quraisy dalam melakukan perundingan dengan suku-suku lain di jazirah Arab. Keunggulannya berdiplomasi mem-buatnya populer di kalangan berbagai suku Arab.

Nabi SAW mengakui keunggulan-keunggulan yang dimiliki Umar, pemuda yang gagah berani, tidak mengenal takut dan gentar, dan mempunyai ketabahan dan kemauan keras. Oleh karena itu, untuk kepentingan perjuangan Islam, Nabi SAW pernah berdoa, “Ya Allah, kuatkanlah Islam dengan salah seorang dari Amr bin Hisyam atau Umar bin Khaththab.” Doa Nabi SAW diperkenankan Allah SWT dengan Islamnya Umar sekitar tahun 616 Maseh

3.     Keadaan Umar ibn Khaththab selama menjadi Khalifah

Khalifah setelah Abu Bakar ini dikenal sangat sederhana. Tidur siangnya beralaskan tikar dan batu bata di bawah pohon kurma, dan ia hampir tak pernah makan kenyang, demi menjaga perasaan rakyatnya. Umar juga sangat takut mengambil harta kaum Muslimin tanpa alasan yang kuat. la berpakaian sangat sederhana, bahkan tidak pantas untuk dipakai oleh seorang pembesar seperti dia. Umar pun meneladani perilaku Rasulullah SAW dalam seluruh aspek kehidupannya. Prinsip hidup sederhana juga diterapkan oleh Umar di lingkungan keluarganya. Istri dan anak-anaknya dilarang menerima pemberian dalam bentuk apa pun dari para pembesar maupun dari rakyatnya.

Umar pernah berkata, “Tidak halal bagiku harta yang diberikan Allah kecuali dua pakaian. Satu untuk dikenakan di musim dingin dan satu lagi dikenakan untuk musim panas. Adapun makanan untuk keluargaku sama saja dengan makanan orang-orang Quraisy pada umumnya, bukan standar yang paling kaya di antara mereka. Aku sendiri hanyalah salah seorang dari kaum Muslimin.

Jika menugaskan para gubernurnya, Umar akan menulis perjanjian yang disaksikan oleh kaum Muhajirin. Umar mensyaratkan kepada mereka agar tidak berpakaian yang halus, dan tidak menutup pintu rumahnya kepada rakyat yang membutuhkan bantuan. Jika mereka melanggar pesan ini, maka akan mendapatkan hukuman.

Umar juga membuat peraturan untuk para gubernurnya. Diantaranya:
1) Jangan memiliki kendaraan istimewa
2) Jangan memakai pakaian tipis (halus dan mahal harganya)
3) Jangan makan-makan yang enak-enak
4) Jangan menutup rumahmu bila orang memerlukanmu

Sebagai Khalifah, Umar dikenal sangat adil dalam menjalankan pemerintahannya. la tidak membedakan antara tuan dan budak, kaya dan miskin, juga penguasa dan rakyat jelata. Semua mendapat perlakuan yang sama. Yang salah dihukum dan yang benar dibelanya. Banyak didapati riwayat yang disampaikan Anas bin Malik RA, bahwa suatu ketika ia sedang duduk bersama Umar. Lalu datang seorang penduduk Mesir yang mengadukan perihal kezaliman Amr bin al-As, gubernur Mesir. Tentang perilaku sang gubernur yang menampar teman sebayanya. Dengan serta merta Umar mengirim surat kepada Amr bin al-Ash agar segera meng-hadap kepada Umar di Madinah. Setelah Amr bin al-Ash datang, ia pun diadili dan ternyata bersalah. Umar lalu menyuruh bocah yang teraniaya itu membalas sesuai dengan perlakuan yang diterimanya. Yaitu dengan menampar kembali sang gubernur, lalu ia berkata kepada Amr ibn Ash; “Mengapa kau memperbudak manusia yang telah dilahirkan merdeka oleh ibu-ibu mereka?” Begitulah gambaran nyata tentang keadilan seorang Umar ibn Khaththab RA, yang tak mengenal siapa orangnya.



http://oediku.wordpress.com/2012/02/26/keindahan-cinta-dari-al-faruq-umar-ibn-khaththab-ra/

Senin, 13 Oktober 2014

Artikel Ragam Bahasa Sastra



A.    Pengertian Sastra

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) arti kata sastra adalah “karya tulis yang jika dibandingkan dengan tulisan lain, memiliki berbagai ciri keunggulan, seperti keaslian, keartistikan, keindahan dalam isi dan ungkapannya”. Karya sastra berarti karangan yang mengandung nilai-nilai kebaikan yang ditulis dengan bahasa yang indah. Sastra memberikan wawasan yang umum tentang masalah manusiawi, sosial, maupun intelektual, dengan caranya yang khas. Pembaca sastra dimungkinkan untuk menginterpretasikan teks sastra sesuai dengan wawasannya sendiri.

Menurut Wellek dan Warren (1989) sastra adalah sebuah karya seni yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. sebuah ciptaan, kreasi, bukan imitasi
2. luapan emosi yang spontan
3. bersifat otonom
4. otonomi sastra bersifat koheren(ada keselarasan bentuk dan isi)
5. menghadirkan sintesis terhadap hal-hal yang bertentangan
6. mengungkapkan sesuatu yang tidak terungkapkan dengan bahasa sehari-hari.

Sastra bukanlah seni bahasa belaka, melainkan suatu kecakapan dalam menggunakan bahasa yang berbentuk dan bernilai sastra. Sastra selalu melibatkan pikiran pada kehidupan sosial, moral, psikologi, dan agama. Berbagai segi kehidupan dapat diungkapkan dalam karya sastra.

Sastra dapat memberikan kesenangan atau kenikmatan kepada pembacanya. Seringkali dengan membaca sastra muncul ketegangan-ketegangan (suspense). Dalam ketegangan itulah diperoleh kenikmatan estetis yang aktif.

Berdasarkan uraian di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa sastra adalah hasil cipta manusia dengan menggunakan media bahasa tertulis maupun lisan, bersifat imajinatif, disampaikan secara khas, dan mengandung pesan yang bersifat relatif.

B.    Fungsi Sastra

Dalam kehidupan masyarakat, sastra memiliki beberapa fungsi sebagai berikut
  1. Fungsi rekreatif, yaitu sastra dapat memberikan hiburan yang menyenangkan bagi penikmat atau pembacanya
  2. Fungsi didaktif yaitu sastra mampu mengarahkan atau mendidik pembacanya karena nilai-nilai kebenaran dan kebaikan yang terkandung didalamnya.
  3. Fungsi estetis, yatiu sastra mampu memberikan keindahan penikmat/pembacanya karena sifat keindahannya.
  4. Fungsi moralitas, yaitu sastra mampu memberikan engetahuan kepada pembaca/peminatnya sehingga tahu moral yang baik dan buruk, karena sastra yang baik selalu mengandung moral yang tinggi.
  5. Fungsi religius, yaitu sastra pun menghadirkan karya-karya yang mengandung ajaran agama yang dapat diteladani para penikmat/pembaca sastra.

C.     Ragam Sastra

Dalam bahasa terdapat keanearagaman bahasa yang disebut ragam. Menurut
Dendy Sugono (1999 : 9), bahwa sehubungan dengan pemakaian bahasa Indonesia,
timbul dua masalah pokok, yaitu masalah penggunaan bahasa baku dan tak baku.
Dalam situasi remi, seperti di sekolah, di kantor, atau di dalam pertemuan resmi
digunakan bahasa baku. Sebaliknya dalam situasi tak resmi, seperti di rumah, di taman,di pasar, kita tidak dituntut menggunakan bahasa baku. Keanekaragaman pemakaian bahasa inilah yang perlu diperhatikan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Karena apabila kita memahami keanekaragaman bahasa, kita dapat menyesuaikan bagaimana cara berkomunikasi yang baik dengan orang lain diwaktu, tempat, dan acara tertentu.

Contohnya : Pada saat acara formal, penggunaan kata “aku”dan “kamu” kurang tepat
untuk acara formal karena biasanya penggunaan kata seperti ini lebih cocok untuk
berkomunikasi dengan teman atau kerabat dan bersifat lebih akrab dan privasi. Namun, kita bisa mengganti kata tersebut dengan menggunakan kata yag lebih sopan yakni kata “saya” dan “anda”.

Dalam lingkungan yang lebih kecil lagi, yaitu di dalam dunia perkuliahan,
khususnya pada bidang Sistem Informasi, penggunaan Bahasa Indonesia yang baik
dan benar sangatlah diperlukan. Dalam Sistem Informasi itu sendiri terdapat beberapa aspek yang membutuhkan tata bahasa yang benar. Seperti halnya pada pemrograman dibutuhkan struktur bahasa yang benar sehingga dapat mempermudah dalam penerapannya.


Dilihat dari bentuknya, sastra terdiri dari 4 (empat) betuk berikut
  1. Prosa, bentuk sastra yang diuraikan menggunakan bahasa bebas dan panjang tidak terikat oleh aturan-aturan seperti dalam puisi.
  2. Puisi, bentuk sastra yang diuraikan dengan menggunakan bahasa yang singkat dan adat serta indah. Untuk puisi lama, selalu terikat oleh kaidah-kaidah atau aturan tertentu, yaitu: 1). Jumlah baris tiap-tiap baitnya; 2) Jumlah suku kata atau kata dalam tiap-tiap kalimat atau barisnya; 3) Irama, dan 4). Persamaan bunyi kata. 
  3. Prosa liris, bentuk sastra yang disajikan seperti bentuk puisi, namun menggunakan bahasa yang bebas terurai seperti pada prosa.
  4. Drama, yaitu bentuk sastra yang dilukiskan dengan menggunakan bahasa yang bebas dan panjang, serta disajikan menggunakan dialog atau monolog. Drama ada dua pengertian, yaitu drama dalam bentuk naskah dan drama yang dipentaskan
Dilihat dari isinya, sastra terdiri atas 4 macam, yaitu:
  1. Epik, karangan yang melukiskan sesuatu secara objektif tanpa mengikutkan pikiran dan perasaan pribadi pengarang.
  2. Lirik, karangan yang berisi curahan perasaan secara subjektif.
  3. Didaktik, karya sastra yang isinya mendidik penikmat/pembaca tentang masalah moral, tata krama, masalah agama, dan lain-lain.
  4. Dramatik, karya sastra yang isinya melukiskan sesuatu kejadian (baik atau buruk) dengan pelukisan yang berlebih-lebihan.
Dilihat dari sejarahnya, sastra terdiri dari 3 (tiga) bagian berikut:
  1. Kesusastraan lama, kesusastraan yang hidup dan berkembang dalam masyarakat lama dalam sejarah bangsa Indonesia
  2. Kesusastraan Peralihan, kesusastraan yang hidup pada zaman Abdullah bin Abdulkadir Munsyi.
  3. Kesusastraan Baru, kesusastraan yang hidup dan berkembang dalam masyarakat baru Indonesia. 
Wal hasil, Ragam bahasa sastra adalah ragam bahasa yang banyak menggunakan
kalimat tidak efektif. Penggambaran yang sejelas-jelasnya melalui rangkaian kata
bermakna konotasi sering dipakai dalam ragam bahasa sastra.

  refrensi :

·         http://seri-bahasa-indonesia.blogspot.com/2014/02/pengertian-fungsi-dan-ragam-sastra.html
·         http://naufal101110.blogspot.com/2013/10/artikel-ragam-bahasa-indonesia.html