BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembuatan keputusan dalam organisasi menempati posisi strategis. Proses
dan teknik pembuatan keputusan yang benar akan mengarahkan organisasi pada jalur
yang tepat dalam mencapai tujuannya. Oleh karenanya pembuatan keputusan juga
harus memperhatikan dimensi hubungan manusiawi. Pembuatan keputusan berhubungan
dengan masalah. Suatu masalah muncul karena keadaan sebenarnya berbeda dengan
yang diharapkan. Dalam banyak hal, masalah mungkin adalah peluang yang
tersembunyi. Proses penemuan masalah sering kali informal dan intuitif.
1.2 Maksud dan Tujuan
Tujuan
penulisan ini adalah agar setiap pemimpin dalam organisasi bahkan setiap orang
dapat mengetahui bagaimana cara mengambil keputusan yang baik dan tidak
berselisih paham dengan pihak lain atau tidak merugikan pihak lain.
1.3 Ruang Lingkup
Dalam
tulisan ini akan membahas tentang apa itu pengambilan keputusan dalam
organisasi, jenis-jenis keputusan organisasi, dan faktor-faktor yang
mempengaruhi pengambilan keputusan. Disini juga akan di jelaskan sedikit
tentang teori pengambilan keputusan, serta keuntungan dan kerugian pengambilan
keputusan dalam kelompok.
BAB 2
ISI
2.1. Definisi Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan dalam organisasi merupakan proses pemilihan antara
berbagai alternative (Shull, Delbecq, & Cummings, 1970). Pengambilan
keputusan merupakan hasil proses komunikasi dan partisipasi yang terus-menerus
dari organisasi secara keseluruhan (melibatkan sebanyak-banyaknya pihak yang
terkait). Pada dasarnya bentuk pemilihan dari berbagai alternatif yang dipilih
dimana prosesnya melalui mekanisme tertentu (dengan harapan mendapatkan hasil
yang terbaik bagi organisasi). Menurut Ralp C. Davis, Mary Follet, dan James
A.F. Stoner, pengambilan keputusan adalah hasil pemecahan masalah yang didasari
atas logika dan pertimbangan, penetapan alternatif terbaik, dan harus mendekati
tujuan yang telah ditetapkan.
2.2. Dasar Pengambilan Keputusan :
Menurut George R. Terry,
dasar-dasar pengambilan keputusan adalah :
1.
Intuisi :
Suatu proses bawah sadar/tdk sadar yang timbul
atau tercipta akibat pengalaman yang terseleksi. Pengambilan keputusan yang
berdasarkan atas intusi atau perasaan memiliki sifat subjektif, sehingga mudah
terkena pengaruh.
A.
Segi positif dalam
pengambilan keputusan berdasarkan intusi adalah :
·
Waktu yang digunakan untuk
mengambil keputusan relatif lebih pendek.
·
Untuk masalah yang
pengaruhnya terbatas, pengambilan keputusan akan memberikan kepuasan pada
umumnya.
·
Keampuan mengambil keputusan
dari peng-ambil keputusan itu sangat berperan, dan itu perlu dimanfaatkan
dengan baik.
B.
Segi negatif dalam
pengambilan keputusan berdasarkan intusi adalah
·
Keputusan yang dihasilkan
relatif kurang baik.
·
Sulit mencari alat
pembandingnya, sehingga sulit diukur kebenaran dan keabsahannya.
·
Dasar-dasar lain dalam
pengambilan keputusan seringkali diabaikan.
·
Pengalaman
2.
Pengalaman :
Pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman
memiliki manfaat bagi pengetahuan praktis.
Karena pengalaman seseorang dapat mempekira-kan keadaan sesuatu, dapat
memperhitungkan untung ruginya, baik-buruknya keputusan yang akan dihasilkan. Karena pengalaman, seseorang yang menduga masalahnya
walaupun hanya dengan melihat sepintas saja mungkin sudah dapat menduga cara
penyelesaiannya.
3.
Fakta :
Pengambilan keputusan berdasarkan fakta dapat
memberikan keputusan yang sehat, solid, dan baik. Dengan fakta, maka tingkat kepercayaan terhadap
pengambilan keputusan dapat lebih tinggi, sehingga orang dpt menerima
keputusan-keputusan yang dapat dibuat dengan rela dan lapang dada.
4.
Wewenang :
Pengambilan keputusan berdasarkan wewenang
biasanya dilakukan oleh pim-pinan terhadap bawahannya atau orang yang lebih
tinggi kedudukannya kepada orang lebih rendah kedudukannya. Pengambilan keputusan berdasarkan we-wenang
juga memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan.
2.3. Jenis-jenis pengambilan keputusan
Ø Berdasarkan program dan regularitas :
1. Pengambilan keputusan terprogram atau terstruktur
Yaitu pengambilan keputusan yang
sifatnya rutinitas, berulang-ulang, dan cara menanganinya telah ditentukan.
Pengambilan keputusan terprogram ini digunakan untuk
menyelesaikan masalah terstruktur melalui :
a. Prosedur :
yaitu srangkaian langkah yang berhubungan dan berurutan yang harus diikuti oleh
pengambil keputusan
b. Aturan :
yaitu ketentuan yang mengatur apa yang harus dan apa yang tidak boleh dilakukan
oleh pengambil keputusan
c. Kebijakan :
yaitu pedoman yang menentukan parameter untuk membuat keputusan
2. Pengambilan keputusan tidak
terprogram (tidak terstruktur)
Adalah pengambilan keputusan yang
tidak rutin dan sifatnya unik sehingga memerlukan pemecahan khusus.
Ø Berdasarkan tingkat kepentingannya
Pada umumnya suatu organisasi
memiliki hierarki manajemen. Secara klasik hierarki ini terdapat tiga
tingkatan, yaitu :
1. Manajemen puncak
yang berkaitan dengan masalah perencanaan yang bersifat strategis (strategic
planning). Pada manajemen puncak keputusan yang diambil adalah keputusan
strategis.
2. Manajemen
menengah, yaitu menangani permasalahan kontrol/pengawasan yang sifat
pekerjaannya lebih banyak pada masalah administrasi. Pada manajemen menengah
ini keputusan yang diambil adalah keputusan administrasi/taktis. Keputusan ini
adalah keputusan yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya.
3. Manajemen
operasional, yaitu berkaitan dengan kegiatan operasional (kegiatan operasi
harian). Keputusan yang diambil pada manajemen operasional disebut keputusan
operasional.
Ø Berdasarkan tipe persoalan :
1. Keputusan
internal jangka pendek, yaitu keputusan yang berkaitan dengan kegiatan
rutin/operasional, seperti pembelian bahan baku, penentuan jadwal produksi.
2. Keputusan
internal jangka panjang, yaitu keputusan yang berkaitan dengan permasalahan
organisasional, seperti perombakan struktur organisasi, perubahan departemen.
3. Keputusan
eksternal jangka pendek, yaitu keputusan yang berkaitan dengan semua persoalan
yang berdampak dengan lingkungan dalam rentang waktu yang relatif pendek,
seperti mencari subkontrak untuk suatu permintaan khusus.
4. Keputusan
eksternal jangka panjang, yaitu keputusan yang berkaitan dengan semua persoalan
dengan linkungan dengan waktu yang relatif panjang, seperti merger dengan
perusahaan lain dan ini bersifat strategis.
Ø Berdasarkan lingkungannya :
1. Pengambilan
keputusan dalam kondisi pasti, yaitu pengambilan keputusan dimana berlangsung
hal-hal :
a. Alternatif
yang harus dipilih hanya memiliki satu konsekuensi/jawaban/hasil. Ini berarti
hasil dari setiap alternatif tindakan tersebut dapat ditentukan dengan pasti.
b. Keputusan
yang diambil didukung oleh informasi/data yang lengkap, sehingga dapat
diramalkan secara akurat hasil dari setiap tindakan yang dilakukan.
c. Dalam
kondisi ini, pengambil keputusan secara pasti mengetahui apa yang akan terjadi
dimasa yang akan datang.
d. Biasanya
selalu dihubungkan dengan keputusan yang menyangkut masalah rutin, karena
kejadian tertentu dimasa yang akan datang dijamin terjadi.
e. Pengambilan
keputusan seperti ini dapat ditemui dalam kasus/model yang bersifat
deterministik.
f. Teknik
penyelesainannya/pemecahannya biasanya menggunakan antara lain : teknik program
linier, model transportasi, model penugasan, model inventori, model
antrian, model network.
2. Pengambilan
keputusan dalam kondisi resiko, adalah pengambilan keputusan dimana berlangsung
hal-hal :
a. Alternatif
yang dipilih mengandung lebih dari satu kemungkinan hasil.
b. Pengambilan
keputusan memiliki lebih dari satu alternatif tindakan.
c. Diasumsikan
bahwa pengambilan keputusan mengetahui peluang yang akan terjadi terhadap
berbagai tindakan dan hasil.
d. Resiko
terjadi karena hasil pengumpulan keputusan tidak dapat diketahui dengan pasti,
walaupun diketahui nilai probabilitasnya.
e. Pada kondisi
ini ada informasi/data yang akan mendukung dalam membuat keputusan, berupa
besar atau nilai peluang terjadinya bermacam-macam keadaan.
f. Teknik
pemecahannya menggunakan konsep probabilitas, seperti model keputusan
probabilistik, model inventori probabilistik, model antrian probabilisti.
3. Pengambilan
keputusan dalam kondisi tidak pasti, yaitu pengambilan keputusan dimana :
a. Tidak
diketahui sama sekali hal jumlah kondisi yang mungkin timbul serta
kemungkinan-kemungkinan munculnya kondisi-kondisi tersebut.
b. Pengambilan
keputusan tidak dapat menentukan probabilitas terjadinya berbagai kondisi atau
hasil yang keluar.
c. Pengambilan
keputusan tidak mempunyai pengetahuan atau informasi lengkap mengenai peluang
terjadinya bermacam-macam keadaan tersebut.
d. Hal yang
diputuskan biasanya relatif belum pernah terjadi.
e. Tingkat
ketidakpastian keputusan semacam ini dapat dikurangi dengan cara :
-
Mencari
informasi lebih banyak
-
Melalui
riset atau penelitian
-
Penggunaan
probabilitas subjektif
f. Teknik
pemecahannya adalah menggunaka beberapa metode /kriteria, yaitu metode maximin,
metode maximax, metode Laplace, metode minimax regret, metode relaisme dan
dibantu dengan tabel hasil (pay off tabel).
4. Pengambilan
keputusan dalam kondisi konflik adalah pengambilan keputusan dimana :
a. Kepentingan
dua atau lebih pengambil keputusan saling bertentangan dalam situasi
persaingan.
b. Pengambil
keputusan saling bersaing dengan pengambil keputusan lainnya yang rasional,
tanggap dan bertujuan untuk memenangkan persaingan tersebut.
c. Pengambil
keputusan bertindak sebagai pemain dalam suatu permainan.
d. Teknik
pemecahannya adalah menggunakan teori permainan.
2.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan
keputusan :
1. Posisi atau
kedudukan seseorang
a. Letak posisi
b. Tingkatan
posisi
2. Masalah
Masalah atau problem adalah apa yang
menjadipenghalang untuk mencapai tujuan, yang merupakan penyimpangan dari apa
yang diharapkan, direncanakan atau dikehendakidan harus diselesaikan. Masalah
tidak selalu dapat dikenal dengan segera, ada yang memerlukan analisis, ada
pula yang bahkan memrlukan riset tersendiri.
Masalah dibagi menjadi 2 jenis :
a. Masalah
terstruktur
b. Masalah
tidak terstruktur
Pembagian
masalah yang lain :
a. Masalah
rutin
b. Masalah
insidentil
3. Situasi
Keseluruhan faktor-faktor dalam
keadaan yang berkaitan satu sama lain, dan yang secara bersama-sama memancarkan
pengaruh terhadap kita beserta apa yang hendak kita perbuat.
Faktor-faktor
tersebut dibedakan :
a. Faktor-faktor
yang konstan
b. Faktor-faktor
yang tidak konstan
4. Kondisi
Keseluruhan dari faktor-faktor yang secara
bersama-sama menentukan daya gerak, daya berbuat atau kemampuan kita. Sebagian
besar faktor-faktor tersebut merupakan sumber daya(resourches).
5. Tujuan
Tujuan yang hendak dicapai, baik
tujuan perorangan, tujuan unit(kesatuan), tujuan organisasi maupun tujuan
usaha, pada umumnya telah tertentu/telah ditentukan. Tujuan yang telah
ditentukan dalam pengambilan keputusan merupakan tujuan antara atau objective.
Pendapat lain yang mengatakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi pengambilan keputusan adalah :
1. Keadaan
internal organisasi
a. Dana yang
tersedia
b. Keadaan
sumber daya manusia
c. Kemampuan
karyawan
d. Kelengkapan
dari peralatan organisasi
e. Struktur
organisasi
2. Keadaan
eksternal organisasi, meliputi :
a. Keadaan
ekonomi
b. Keadaan
sosial
c. Keadaan
politik
d. Keadaan
hukum
e. Keadaan
budaya, dsb
3. Tersedianya
informasi yang diperlukan
4. Kepribadian
dan kecakapan pengambil keputusan, meliputi penilaiannya, kebutuhannya,
intelegensinya, keterampilannya, kapasitasnya, dan sebagainya.
2.4. Teori pengambilan keputusan
Terdapat 4 paradigma dalam teori
pengambilan keputusan, yaitu model rasional, model organisasional, model
politik dan power, dan model garbage can.
a. Model
rasional
Dalam model yang paling basic dalam pengambilan
keputusan model rational, dimana dalam perspektif ini diasumsikan bahwa setiap
individu memiliki kesamaan perilaku terhadap tujuan yang ingin dicapai. Dalam
riset, perspektif ini digunakan oleh March dan Simon(1958) dan Allison(1971)
dalam membuat rational action.
b. Model organisasional
Model ini merupakan pengembangan dari model rasional
dimana dalam pengambilan keputusan, kognitif dari faktor pengambilan keputusan
adalah terbatas, dan aspek-aspek organisasi lah yang menutupi keterbatasan
‘kognitif dan membentuk’ kognitif actor pengambil keputusan. Aspek-aspek itu
bisa standar operation procedure (Allison,1971), rutinitas dalam organisasi
tidak seperti model rasional, dimana tahapan pengambilan keputusan adalah
sequential, dalam proses perspektif ini proses pengambilan keputusan tidaklah
sequential (Mintzaberg et al., 1976). Dan linieritas dari proses pengambilan
keputusan adalah kontekstual (Nutt, 1984).
c. Model
politik dan kekuasaan
Akar dari perspektif politik dalam pengambilan
keputusan adalah lmu politik. Perspektif ini melihat bahwa para pengambil
keputusan memiliki tujuan yang berbeda-beda, mereka bekerja sama melalui proses
koalisi dan preferensi dari actor yang memiliki pengaruh yang paling besar yang
akan menang. Awalnya perspektif ini digunakan untuk menjelaskan proses
pengambilan keputusan di lembaga legislative, dimana para faktor saling beradu
argument dan interes, pembentukan koalisi dan pemenang (Eisenhardt &
Zbaract, 1992).
d. Model
garbage can
Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Cohen, Marc
dan Olsen (1972), bahwa keputusan dalam suatu organisasi terjadi dengan tidak
sengaja atau kebetulan. Teori ini merupakan reaksi dari model rasional dan
model politik, yang menurut mereka memiliki banyak kelemahan terutama dalam
memahami proses pengambilan keputusan dalam situasi yang kompleks, tidak stabil
dan dalam dunia yang ambiguous.
2.5. Keuntungan dan kelemahan pengambilan keputusan dalam kelompok
1. Keuntungan
- Kelompok menghasilkan informasi dan pengetahuan yang lebih lengkap,
dengan cara mengumpulkan data dan informasi melalui sejumlah individu sebagai
bahan masukan dalam proses pengambilan keputusan.
- Peningkatan keanekaragaman pandangan, dalam rangka membuka peluang untuk
lebih banyak pendekatan dan alternative yang perlu dipertimbangkan. Hal ini
dibuktikan bahwa sebuah kelompok hampir selalu akan berkinerja baik daripada
bekerja individu.
- Menghasilkan keputusan bermutu yang lebih tinggi.
- Peluang penerimaan pemecahan masalah berdasarkan keputusan kelompok jauh
lebih efektif daripada pengambilan keputusan secara individu.
2. Kelemahan
- Proses pengambilan keputusan menyita waktu yang panjang.
- Ada peluang dan kecenderungan tekanan konformitas dalam kelompok.
- Hasrat dari anggota-anggota kelompok untuk diterima dan dianggap sebagai
suatu asset bagi kelompok itu dapat mengakibatkan dihentikannya setiap
ketidaksepakatan yang muncul.
- Keputusan kelompok dapat didominasi oleh satu atau beberapa orang. Jika
koalisi dominan ini terdiri atas anggota dengan kemampuan rendah atau sedang,
maka kefektifan seluruh kelompok akan menderita.
BAB 3
KESIMPULAN
Pengambilan
keputusan dalam organisasi sangatlah penting supaya setiap masalah yang datang
dapat segera diatasi dan tidak menghambat tujuan dari organisasi itu sendiri.
DAFTAR
PUSTAKA
1. M. Steers
Richard, Efektivitas Organisasi, Erlangga, Jakarta, 1985
2. Imam Wahjono
Sentot, Perilaku Organisasi, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2010
3. Ir.
Indrawani Sinoem, Dasar-dasar Pengambilan Keputusan, www.mdp.ac.id, 30 April 2013 : 15.10
4. Ittelkom, Dasar
Pengambilan Keputusan, http://www.ittelkom.ac.id/staf/mhd/MateriKuliah/SPPK/Handout/Bab%202%20Dasar%20Pengambilan%20Keputusan.pdf,
1 mei 2013 :09.45
5. http://raditut.blogspot.com/2013/05/pengambilan-keputusan-dalam-organisasi_2475.html,
10 Mei 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar